Oleh: Desiteratio
SIKKA | Go Indonesia.id_ Fenomena intimidasi di lingkungan kampus kian hari menjadi isu krusial yang tak bisa diabaikan. Kasus pengeroyokan terhadap anggota Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) di salah satu kampus di Banten oleh oknum mahasiswa, bahkan hingga menggunakan senjata tajam, menjadi alarm keras bagi kita semua: ada yang tidak beres dalam iklim demokrasi kampus hari ini.
Sebagai mahasiswa Universitas Muhammadiyah Maumere (UNIMOF) sekaligus Sekretaris LMND Komisariat UNIMOF, saya memandang peristiwa ini bukan sekadar konflik biasa. Ini adalah cerminan dari bagaimana ego sektoral dan kepentingan pragmatis mulai mencengkeram ruang-ruang akademik. Mahasiswa yang seharusnya menjunjung tinggi nilai independensi dan kebebasan berekspresi, kini justru tampak mudah diperalat demi kepentingan sempit.
Ironisnya, kampus yang seharusnya menjadi tempat aman untuk berpikir bebas, berdiskusi terbuka, dan menguji gagasan, justru menjadi ruang yang sarat tekanan dan dominasi kelompok. Oligarki kampus—yakni dominasi kelompok tertentu yang merasa paling berhak menentukan arah gerak mahasiswa—telah tumbuh subur, sering kali diselimuti jargon organisasi atau kepentingan institusional.
Kita harus menyadari bahwa berpikir kritis tidak cukup dibatasi dalam ruang kuliah. Kritis adalah sikap hidup. Mahasiswa mesti berani bertanya, menggugat, dan mempersoalkan kebijakan yang dirasa tidak adil.
Perbedaan pendapat bukan ancaman, tetapi fondasi dari proses dialektika yang sehat. Justru dari perbedaan itu, lahirlah gagasan-gagasan baru yang konstruktif dan progresif.
Kehidupan kampus adalah miniatur kehidupan berbangsa yang lebih besar. Jika di kampus saja perbedaan ditekan, suara dikekang, dan ekspresi dikontrol, bagaimana mungkin kita berharap hadirnya generasi yang mampu merawat demokrasi dan keadilan sosial di luar sana?
Akhir kata, saya menulis ini sebagai ajakan dan harapan: agar kita, mahasiswa, pelajar, dan civitas akademika, mampu menempatkan diri sebagai subjek perubahan, bukan sekadar objek yang ditarik oleh arus kepentingan.
Mari kita tolak segala bentuk kekerasan dan dominasi oligarkis dalam kampus. Mari kita tegakkan kembali ruang-ruang akademik sebagai ladang tumbuhnya pemikiran merdeka dan peradaban yang manusiawi.
Redaksi