SOLOK AROSUKA | Go Indonesia.id – Aktivitas tambang Emas ilegal (PETI) kembali menggila di Kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok Arosuka, Sumatera Barat, pasca-libur Idul Adha 1446 H. Ekskavator dan ratusan mesin Dompeng masuk tanpa kendala, menggali tanah, merusak alam, dan mengancam keselamatan warga.
Kondisi ini seolah menunjukkan bahwa hukum lumpuh di hadapan kekuasaan modal dan bekingan orang dalam. Meski berkali-kali dirazia, para pelaku PETI tetap beroperasi secara terang-terangan. Bahkan, dugaan keterlibatan oknum anggota legislatif mempertegas bahwa praktik ilegal ini tidak berjalan sendiri.
βSudah ramai lagi sejak usai lebaran, bang. Sekarang ekskavator dan dompeng sudah masuk lagi ke lokasi,β ungkap seorang warga, menolak disebut namanya karena alasan keamanan.
Aktivitas PETI menyebar di jorong Karang Putih, Parik Batu, Kapujan Rangkiah Luluih, dan Tanjuang Manjulai, wilayah Nagari Simanau dan Kipek. Tanah dikeruk, sungai dicemari, dan hutan digunduli demi segenggam Emas. Tapi rakyat sekitar yang harus menanggung bencana: longsor, banjir, dan hilangnya sumber air bersih.
Lebih mencengangkan, sejumlah nama pemodal disebut terang-terangan. Inisial R, U, ANT, dan sosok berjuluk βNgulu Kaciakβ dikabarkan berada di balik bisnis hitam ini. Satu nama dari kalangan Anggota Dewan juga turut diseret dalam dugaan keterlibatan.
Ada uang, hukum bisa dibeli. Para penambang disebut menyetor puluhan juta rupiah ke oknum tertentu agar tak tersentuh hukum. Razia hanya jadi formalitas, sementara alat berat terus bekerja siang malam.
Padahal, Polda Sumatera Barat di bawah komando Irjen Pol Suharyono sudah menunjukkan keseriusan memberantas PETI, seperti yang dilakukan di wilayah Pasaman. Namun sayangnya, Solok Arosuka belum benar-benar bersih. Penegakan hukum di Daerah ini masih belum menyentuh aktor-aktor besar.
Hingga berita ini dirilis, Kapolres Solok Arosuka, AKBP Agung Pranajaya, belum memberikan tanggapan resmi meski upaya konfirmasi telah dilakukan.
Solok Arosuka Darurat Tambang Ilegal. Penegak hukum tidak boleh tinggal diam. Jika dibiarkan, bencana hanya tinggal menunggu waktu.(*)
*Redaksi*