PANGKALPINANG | Go Indonesia.id— Suasana di depan Kantor PT Timah Tbk, Pangkalpinang, berubah mencekam pada Senin (6/10/2025) siang. Aksi damai yang digelar oleh Aliansi Penambang Rakyat Bangka Belitung berujung ricuh setelah aparat kepolisian menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.
Berdasarkan pantauan media ini, tembakan gas air mata pertama dilepaskan sekitar pukul 11.35 WIB, saat ratusan demonstran memadati gerbang utama Kantor PT Timah. Kepulan asap putih segera membubung, membuat massa panik dan berlarian ke segala arah.
Namun, dampak gas air mata tak hanya dirasakan para pengunjuk rasa. Sejumlah pelaku UMKM, warga sekitar, bahkan anak-anak kecil ikut menjadi korban.
“Cucu saya kena gas air mata! Ini kenapa sampai ke belakang? Padahal kami cuma jualan,” teriak seorang ibu sambil menggendong cucunya yang berusia empat tahun. Mata sang cucu tampak sembab akibat paparan gas.
Aksi tersebut digelar sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pembelian timah rakyat yang dinilai tidak adil. Para penambang menuntut PT Timah Tbk agar menetapkan harga beli yang lebih layak serta menjalin perjanjian jual beli yang transparan dan saling menguntungkan.
Menurut para penambang, harga pasir timah yang anjlok dalam beberapa bulan terakhir membuat ekonomi mereka terpuruk. Banyak hasil tambang menumpuk karena tidak terserap perusahaan.
“Kami tidak minta macam-macam. Kami hanya ingin timah rakyat dihargai supaya bisa hidup. Sekarang timah tidak laku, kami mau makan apa?” ungkap seorang penambang dari Parit Tiga dengan nada kecewa.
Akibat paparan gas air mata, sejumlah warga mengalami sesak napas dan harus dievakuasi dari lokasi. Aksi pun terpaksa dibubarkan lebih awal.
Tindakan represif aparat membuat massa kecewa. Mereka mengancam akan kembali turun ke jalan jika tidak ada tanggapan serius dari pihak PT Timah maupun pemerintah daerah.
Sementara itu, pihak kepolisian belum memberikan keterangan resmi terkait alasan penggunaan gas air mata dalam aksi tersebut.
Hingga berita ini diturunkan, situasi di sekitar Kantor PT Timah masih belum kondusif, aroma gas air mata masih pun masih menyengat di udara.
Reporter (Redi sofian)