NATUNA | Go Indonesia.idβ Sebuah alat berat jenis beko terparkir di depan pintu masuk kantor baru Badan Keamanan Laut (Bakamla) di Desa Tanjung, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna.
Aksi ini diduga sebagai bentuk protes atas tunggakan pembayaran yang belum diselesaikan oleh kontraktor proyek, PT Teloransi Aceh.(2/4/25)
Ag (inisial), salah satu pihak yang mengaku belum menerima pembayaran, mengungkapkan bahwa haknya senilai hampir Rp90 juta masih tertahan.
Ia juga menyebut bahwa bukan hanya dirinya, tetapi beberapa pihak lain mengalami nasib serupa.
“Kami sudah menyelesaikan pekerjaan sesuai perjanjian, tetapi pembayaran belum diterima. Ini jelas merugikan kami,” ujar Ag saat diwawancarai di lokasi.
Lebih lanjut, Ag menuding Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek tingkat provinsi, Firdaus Akbar, telah menyalahgunakan wewenangnya. Ia menyoroti kejanggalan dalam proses pencairan dana proyek yang sudah mencapai 100 persen, meskipun beberapa pekerjaan masih belum rampung. Di antara pekerjaan yang belum selesai adalah pemasangan listrik PLN serta kaca jendela di bagian belakang bangunan.
Merasa dirugikan, Ag menyatakan siap mengambil langkah lebih lanjut, termasuk mendatangi kantor PT Teloransi Aceh di Batam jika haknya tidak segera dipenuhi. “Saya akan menuntut hak saya. Jika perlu, saya akan langsung mendatangi kantor mereka,” tegasnya dengan nada kesal.
Ag juga mengungkapkan bahwa saat menagih pembayaran, pihak PT Teloransi Aceh hanya memberikan jawaban mengecewakan. “Mereka bilang uangnya sudah habis dan hanya bisa βpasang badanβ. Saya dipersilakan untuk melaporkan atau melakukan tindakan lain,” katanya menirukan respons yang diterimanya.
Selain Ag, seorang pengusaha berinisial LT yang juga merasa dirugikan mengungkapkan bahwa PT Teloransi Aceh masih memiliki utang kepada berbagai pihak dengan total sekitar Rp1,7 miliar. Hutang tersebut mencakup pembayaran kepada toko bangunan, pemasok material, serta pekerja proyek.
LT menyayangkan keputusan pencairan dana proyek hingga 100 persen kepada PT Teloransi Aceh, sementara kewajiban mereka terhadap para pemasok dan pekerja masih belum diselesaikan.
Ia juga mempertanyakan peran PT Rancang Semesta Nusantara sebagai konsultan proyek, yang ikut menandatangani pencairan dana.
“Kami menduga ada permainan dalam proyek ini. Bagaimana mungkin dana bisa dicairkan sepenuhnya, padahal masih ada banyak pekerjaan yang belum selesai?” ujar LT dengan nada kecewa.
Hingga berita ini diterbitkan, media masih berupaya menghubungi pihak terkait, termasuk Dicki Mardiansyah, untuk mendapatkan klarifikasi lebih lanjut.
Reporter : Baharullazi