Daerah Natuna Memanas, Wartawan Lokal Bongkar Sisi Gelap Kepemimpinan Bupati Cen Sui Lan

IMG 20250524 WA0018

NATUNA | Go Indonesia.id— Aroma ketegangan politik di Kabupaten Natuna kian tajam tercium. Sosok Bupati Cen Sui Lan, yang dahulu dielu-elukan karena janji perubahan dan keterbukaan, kini mulai kehilangan simpati publik.

Gaya kepemimpinan yang dinilai angkuh dan elitis, kini menjadi sorotan tajam di ruang publik, terutama oleh kalangan media lokal yang mulai angkat bicara.sabtu (24/5/25).

Bacaan Lainnya

Advertisement

Dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah media lokal mulai mempublikasikan laporan investigatif terkait dugaan praktik korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan di tubuh Pemkab Natuna.

Indikasi adanya proyek fiktif, penggelembungan anggaran, hingga penggunaan dana publik untuk kegiatan seremonial yang dinilai tidak menyentuh kebutuhan riil masyarakat, menjadi deretan temuan yang sedang dikuliti para jurnalis berani.

Keberanian ini tidak muncul begitu saja. Justru karena tekanan dan pembatasan terhadap kerja-kerja jurnalistik di lingkungan pemerintah daerah, semangat membongkar praktik manipulatif semakin menguat.

Wartawan lokal mulai bergerak sebagai pengawal suara rakyat yang lama terabaikan.

Sejumlah momen arogansi Bupati Cen terekam jelas di mata publik—menolak wawancara, melecehkan pertanyaan kritis, hingga terkesan meremehkan aspirasi warga.

Sikap ini, menurut sebagian pengamat, menunjukkan adanya jarak antara penguasa dan rakyat.

Jarak yang terus melebar karena minimnya keterbukaan dan enggannya untuk bertanggung jawab secara publik.

Kini, pertanyaan besar menggantung di benak masyarakat: Sampai kapan ketertutupan ini akan dibiarkan?

Apakah DPRD dan aparat penegak hukum akan berani bertindak? Atau justru ikut terperangkap dalam lingkar kekuasaan yang makin gelap?

Artikel ini bukan sekadar kritik, melainkan panggilan moral. Demokrasi lokal tidak boleh dikebiri oleh kekuasaan yang pongah dan lupa daratan.

Rakyat Natuna butuh pemimpin yang hadir dan berpihak, bukan sekadar penguasa yang memelihara kekuasaan untuk kroni dan keuntungan pribadi.

Saatnya masyarakat bangkit. Saatnya menuntut transparansi dan integritas.

Media harus tetap menjadi garda terdepan dalam menyuarakan kebenaran—bukan sekadar menjadi corong kekuasaan yang hanya menyenangkan telinga penguasa.

“Kritik bukanlah bentuk kebencian, melainkan upaya menjaga agar kekuasaan tidak kehilangan nurani.”

(Penulis : Muhammad Rapi — Ketua PWI Natuna)

Reporter,Baharullazi


Advertisement

Pos terkait