Janji Manis yang Terlalu Cepat : Masyarakat Natuna Merasa Dikecewakan

IMG 20250508 WA0046

NATUNA | Go Indonesia.id_ Menjelang 100 hari masa kepemimpinan Bupati Natuna, Cen Sui Lan, situasi di daerah perbatasan ini justru menunjukkan tanda-tanda kemunduran.

Terpuruknya perekonomian akibat efisiensi anggaran dari pusat hingga terganggunya konektivitas udara, menjadi pukulan beruntun yang dirasakan masyarakat.

Bacaan Lainnya

Advertisement

Natuna selama ini bergantung pada transfer dana dari pusat, sementara potensi pendapatan daerah dari sektor lain belum digarap secara maksimal.

Krisis kian memburuk dengan terhentinya ekspor kapal ikan hidup dari Hongkong ke Natuna yang belum jelas penyebab pastinya.

Dugaan mengarah pada dampak perang dagang AS-Tiongkok dan ketegangan di Laut China Selatan, namun belum ada klarifikasi resmi.

Belum selesai masyarakat mencerna kondisi tersebut, kabar pemberhentian sementara operasional rute penerbangan Nam Air Natuna–Batam–Jakarta per 10 Mei 2025 kembali memukul harapan publik.

Maskapai ini dikenal ekonomis, dengan harga tiket sekitar Rp1,2 juta–Rp1,4 juta. Sementara alternatifnya, Wings Air, menawarkan harga dua kali lipat, sekitar Rp2,6 juta–Rp2,7 juta.

Di tengah kekhawatiran, sejumlah media menggemborkan kabar “penyelamatan” dari Bupati Natuna, Cen Sui Lan, yang disebut berhasil menggaet Super Air Jet (SAJ) untuk menggantikan peran Nam Air.

Rilis ini dipublikasikan oleh sejumlah media lokal, bahkan menyanjung upaya “gerak cepat” Bupati.

Namun, harapan itu kandas. Klarifikasi resmi dari Pemerintah Kabupaten Natuna yang disampaikan melalui Dinas Kominfo pada 7 Mei 2025 menyebutkan bahwa belum ada pernyataan resmi dari maskapai manapun yang akan masuk ke Natuna.

Proses komunikasi dengan Kementerian Perhubungan dan pihak maskapai masih berlangsung.

“Pengadaan penerbangan ke Natuna bukan proses mudah. Kami terus berupaya agar aksesibilitas tidak terganggu,” kata Bupati Cen dalam keterangan tertulis.

Pernyataan ini diperkuat oleh Plt Kepala UPBU Ranai, Ade Yuliana. Ia menyatakan bahwa hingga kini belum ada kepastian dari Super Air Jet.

“Berita tersebut hoaks. Belum ada pernyataan resmi dari pihak manapun terkait pengganti Nam Air,” tegasnya, Kamis (8/5/2025).

Bagi masyarakat Natuna, konektivitas udara adalah kebutuhan utama, bukan sekadar kemewahan. Ketika kabar baik diumumkan sebelum waktunya dan ternyata tidak benar, kekecewaan pun meledak.

Janji manis yang diumbar terlalu dini kini dianggap sebagai bentuk komunikasi publik yang gegabah.

Masyarakat pun berharap, ke depan pemerintah lebih berhati-hati dalam menyampaikan informasi strategis.

Di daerah perbatasan seperti Natuna, kepercayaan publik dibangun dari kejujuran dan ketepatan informasi, bukan dari pujian dan janji tanpa kepastian.

Reporter : Baharullazi


Advertisement

Pos terkait