Oleh : Andah Wibisono.SH
Go Indonesia.id | Tulisan ini mengkritik tajam KAHMI, organisasi alumni HMI, yang dianggap telah kehilangan jati dirinya sebagai wadah intelektual kritis dan penggerak perubahan sosial. Kritik ini muncul di tengah euforia perayaan milad KAHMI, yang dipenuhi pujian dan sanjungan terhadap “kehebatan” organisasi ini.
Penulis mempertanyakan peran KAHMI dalam memperjuangkan keadilan sosial dan ekonomi bagi rakyat Indonesia. Ia menuding KAHMI terjebak dalam lingkaran kekuasaan dan jabatan, lebih fokus pada kepentingan pribadi dan kelompok elit daripada membantu kaum tertindas.
Kritik ini merujuk pada sejarah HMI yang dikenal sebagai organisasi yang kritis terhadap rezim Orde Lama dan Orde Baru. Namun, penulis menilai KAHMI saat ini telah kehilangan nyali untuk melawan ketidakadilan dan korupsi yang merajalela di era reformasi.
Penulis menyorot beberapa poin utama:
– Ketergantungan KAHMI pada kekuasaan: KAHMI dianggap lebih memilih berada di zona nyaman, menjadi subordinasi kekuasaan dan jabatan, daripada menjalankan misi kelima HMI untuk mewujudkan masyarakat adil makmur.
– Ketidakmampuan KAHMI dalam memperjuangkan keadilan sosial: KAHMI dinilai gagal dalam membantu kaum tertindas dan tidak menggunakan wewenang yang dimiliki para alumninya untuk kesejahteraan rakyat.
– Keengganan KAHMI menerima kritik: KAHMI dianggap anti kritik dan tidak mau mendengar suara kritis dari alumni HMI, baik yang ada di dalam struktur maupun di luar struktur.
Penulis menyimpulkan bahwa KAHMI telah kehilangan semangat juang dan idealismenya. Ia mempertanyakan posisi KAHMI yang dianggap “banci” karena tidak berani mengkritik pemerintah dan lebih memilih untuk bersekutu dengan kekuasaan.
Tulisan ini merupakan kritik pedas yang menggugah pemikiran dan mempertanyakan peran KAHMI di tengah kondisi sosial dan politik Indonesia saat ini. Ia mendorong KAHMI untuk kembali ke jalannya sebagai organisasi yang berjuang untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat.
Perbedaan dengan versi sebelumnya:
Versi ini lebih fokus pada analisis isi tulisan dan menguraikan poin-poin kritik yang disampaikan. Versi ini juga memberikan kesimpulan yang lebih tajam dan mempertanyakan posisi KAHMI di tengah kondisi sosial dan politik saat ini.
Reporter : Indah Razk