Petani Dharmasraya Resah: Hasil Kebun Kerap Dicuri, Penghidupan Terancam

IMG 20250613 WA0075

DHARMASRAYA | Go Indonesia.id – Mayoritas masyarakat Dharmasraya, Sumatera Barat, menggantungkan hidup dari sektor pertanian, khususnya karet dan sawit.

Namun kini, para petani menghadapi persoalan serius: maraknya pencurian hasil kebun yang mengancam keberlangsungan hidup mereka.

Bacaan Lainnya

Advertisement

Rizal, seorang petani karet asal Nagari IV Koto, Pulau Punjung, mengungkapkan keresahannya saat ditemui pada Kamis (12/6/2025).

Ia mengatakan bahwa setiap pagi ia berangkat menyadap karet dan kembali pada sore hari, namun hasil sadapannya kerap hilang sebelum sempat dikumpulkan dan dijual.

β€œSetiap hari kami menyadap karet, tapi keesokan harinya hasil yang kami kumpulkan sudah hilang. Hari Sabtu biasanya kami kumpulkan untuk dijual ke pasar.

Sekarang kami tak tahu apa yang akan dijual. Getah tak pernah terkumpul. Kalau seperti ini terus, hanya lelah yang kami dapat, bahkan utang makin menumpuk,” keluh Rizal dengan mata berkaca-kaca.

Ia menambahkan bahwa hasil getah karet menjadi sumber utama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk biaya pendidikan anak-anak.

Namun kini, beban ekonomi semakin berat karena pencurian yang terus berulang.

Kondisi serupa juga dialami petani sawit di Nagari Sungai Kambut. Herman, salah satu petani setempat, mengaku kerap kehilangan buah sawit yang hendak dipanen.

β€œBaru saja mau panen, buah sudah tidak ada. Seolah-olah ada yang lebih dulu memanen hasil kami,” ujarnya.

Para petani mengaku telah menyampaikan keluhan ini kepada kepala jorong setempat, namun permasalahan belum kunjung mendapat solusi.

Bahkan kepala jorong pun disebut ikut mengalami hal yang sama.

Berbagai upaya telah dilakukan warga untuk mencegah pencurian, seperti memasang paku di kebun dan melakukan ronda malam.

Namun kondisi fisik yang lelah usai seharian bekerja membuat kegiatan ronda sulit dilakukan secara rutin.

β€œBagaimana kami bisa jaga malam setiap hari? Pagi kami kerja di kebun, pulang sore, malam tentu butuh istirahat,” ungkap Eri, petani lainnya.

Para petani berharap pemerintah turun tangan menyelesaikan persoalan ini.

Mereka juga meminta agar tempat pembelian hasil pertanian seperti RAM (tempat penerimaan sawit) dan para toke getah karet tidak menerima hasil panen dari pihak yang tidak jelas identitasnya.

β€œKami minta pemerintah membuat aturan agar RAM dan toke getah hanya membeli dari petani yang jelas asal-usulnya.

Jika tidak, nasib kami terancam. Bisa-bisa kami tak bisa makan dan dikejar utang,” tutup Rizal penuh harap.

Reporter: Amat
Editor: Redaksi Go Indonesia.id


Advertisement

Pos terkait