SURAKARTA | Go Indonesia.id— Salah satu program prioritas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) di bidang pendidikan vokasi adalah Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) Tekun Tenun dan Kriya. Program PKW Tekun Tenun dan Kriya merupakan program kolaborasi antara Dewan Kerajianan Nasional (Dekranas) dengan Direktorat Kursus dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi yang telah berjalan sejak 2020. Pada peringatan HUT ke-44 Dekranas di Kota Surakarta, Kemendikbudristek berbagi praktik baik dan dampak positif dari program PKW Tekun Tenun dan Kriya dalam rangkaian acara di Pameran Dekranas melalui gelar wicara (talkshow), peragaan busana (fashion show), dan lokakarya (workshop).
Monika Situmorang, lulusan program PKW Tekun Tenun dan Kriya Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Samosir, Sumatra Utara tahun 2023, menceritakan kisah jatuh dan bangkitnya sebagai penenun yang berwirausaha. Terlahir sebagai anak ke-4 dari 7 bersaudara dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi, Monika tidak bisa melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Ia kemudian mendaftar menjadi peserta program PKW Tekun Tenun dan Kriya berdasarkan informasi dari pengurus Dekranasda di kantor desa.
“Saya ikut PKW tahun 2023 selama 32 hari. Waktu itu jumlah pesertanya 50 orang. Kami belajar menenun, lalu dapat alat dan bahan untuk dilanjutkan menenun di rumah. Setelah PKW, saya lanjutkan dengan alat tenun di rumah. Selama satu bulan menenun saya hanya dapat 1 helai kain tenun,” katanya saat menjadi narasumber di gelar wicara Pameran Dekranas 2024 bertajuk “Peran Usahawan Muda Kerajinan Nusantara dalam Melestarikan Kekayaan Lokal” di Pamedan Mangkunegaran, Surakarta, pada Kamis, (16/5).
Monika lalu bingung bagaimana menjual tenun hasil karyanya itu. Ia sempat menawarkan kepada tengkulak di kampungnya, tapi ia mendapat celaan. “Tengkulaknya marah. Katanya kain saya seperti kain lap. Lalu saya berkecil hati dan sempat berhenti menenun selama 1 minggu,” tuturnya. Ia kemudian bergabung dengan komunitas penjual tenun secara daring (online). Kembali, ia mendapatkan kekecewaan karena ditolak oleh komunitas itu karena kain tenunnya dianggap tidak baik. Tidak putus asa, Monika melanjutkan usahanya dengan mengunggah foto kain tenunnya di media sosial Facebook, hingga akhirnya ada yang tertarik membeli kain tenunnya.
“Setelah barangnya dikirim, ternyata dia suka hasil tenun saya. Setelah itu dia beli langsung 20 kain. Saya tambah semangat. Saya terus rajin posting dan jual online. Sekarang saya sudah menghasilkan omzet yang cukup besar. Saya sudah beli sepeda motor untuk hadiah ultah Bapak saya. Saya juga ikut lomba tenun dan juara 2 di Kabupaten Samosir,” ujar Monika.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati, mengatakan bahwa program PKW Tekun Tenun dan Kriya bertujuan melahirkan para usahawan muda melalui pengembangan keahlian kerajinan tangan dan kekayaan budaya daerah mereka dengan memberikan pengetahuan, keterampilan, dan modal usaha bagi anak-anak Indonesia sebagai bekal berwirausaha di bidang kerajinan tangan tenun dan kriya. “Pemerintah ingin mereka menjadi warga negara yang bermanfaat dan produktif bagi diri sendiri dan masyarakat. Jadi, kita sama-sama bergotong royong untuk melihat wirausaha muda tumbuh dan berkembang,” kata Kiki dalam gelar wicara yang sama.
Ia optimis dengan keberlanjutan program PKW Tekun Tenun dan Kriya karena kebermanfataannya yang sudah dirasakan oleh banyak orang. “Jadi kami menunjukkan manfaat yang nyata dan masyarakat juga mengakui. Keberhasilan program ini juga ditentukan oleh dukungan pemerintah daerah dan masyarakat,” tuturnya.
Dukungan pemerintah daerah untuk program PKW Tekun Tenun dan Kriya salah satunya datang dari Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatra Selatan. Ketua Dekranasda Kabupaten Ogan Ilir, Mikhailia Tikha Alamsjah, yang merupakan istri dari Bupati Ogan Ilir, Panca Wijaya Akbar, menceritakan kisah sukses pelestarian Tenun Gebeng di Kabupaten Ogan Ilir dengan program PKW Tekun Tenun dan Kriya. “Awalnya kami dapat info dari Kemendikbudristek dan Dekranas Provinsi Sumatra Selatan untuk mengikuti program PKW. Kemudian kami memilih 30 orang dari peserta yang mendaftar, semuanya perempuan. Ada beberapa yang orang tuanya sudah menekuni tenun,” katanya.
Mikhailia menuturkan, Dekranasda Kabupaten Ogan Ilir memilih fokus pada Tenun Gebeng. Ini dikarenakan sebagian besar penenun Gebeng saat ini sudah berusia lanjut sehingga dikhawatirkan warisan budaya yang sudah berusia puluhan tahun ini tidak berlanjut pelestariannya. Pengerjaan tenun ini juga telah menerapkan prinsip ramah lingkungan (go green) dengan memanfaatkan kain sisa Tenun Gebeng untuk diproduksi lagi menjadi karya lain, seperti tempat tisu dan sepatu.
Ia juga mengapresiasi usaha para peserta program PKW Tekun Tenun dan Kriya yang mampu menekuni pelatihan dan pengerjaan kain tenun di usia muda. “Salah satu peserta didik kami sebelumnya berniat ke Malaysia menjadi TKW. Namun, setelah mengikuti PKW Tekun Tenun dan Kriya, alhamdulillah bisa memiliki penghasilan dan batal menjadi TKW,” ujarnya.
PKW Tekun Tenun dan Kriya menyasar anak usia 15—25 tahun yang tidak sekolah dan belum bekerja. Program PKW Tekun Tenun dan Kriya yang bekerja sama dengan Dekranas telah memberikan keahlian menenun dan kriya serta menjadi pengusaha kepada 4.699 anak di seluruh Indonesia sebagai calon perintis usaha kerajinan Nusantara. Hasilnya 2.284 rintisan usaha/pengusaha baru kerajinan tangan yang diharapkan akan menjadi generasi baru penerus perajin produk budaya Nusantara.
Sumber : Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Editor : Abdul
Reporter : Iskandar