Refleksi situasi lokal, ada apa dengan mental anak-anak NTT belakangan ini. Begini tanggapan Bung Des

IMG 20250213 WA0021

SIKKA | Go Indonesia.id_Beberapa bulan yang lalu kita semua berduka atas kepergian seorang anggota aktif TNI, dengan cara bunuh diri (Gantung Diri).

Perkara yang beredar adalah beratnya tuntutan Belis atau mahar dari sang kekasih, terlepas dari benarnya atau tidak.(13/2/25).

Bacaan Lainnya

Advertisement

Beranjak dari situ hal yang sama pun terjadi mengakhiri hidup dengan cara gantung diri, mengapa hal demikian bisa terjadi khususnya pada kalangan masyarakat NTT yang mengakhiri hidupnya seolah tidak berharga.

Perlu kita ketahui peran orangtua, keluarga, ataupun pemerintah sangat penting dalam menyikapi hal ini.

Sebagai seorang atau pribadi yang tak luput dari masalah, tidak terlepas dalam hal ekonomi biaya hidup yang semakin tinggi, minimnya peluang untuk masuk kerja dan pendapatan yang minim adalah masalah yang tak mudah bagi kita semua ditengah persaingan yang semakin tinggi.

Pernyataan diatas bukan hal yang remeh- temeh karena mempunyai dampak negatif yang signifikan berujung pada kekerasan fisik hingga kematian.

Fenomena ini bukan hanya pada isu lokal, akan tetapi sudah marak terjadi diluar sana seketika itu apa solusi yang pas untuk fenomena diatas.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) NTT menunjukkan bahwa pada tahun 2021, terdapat 145 desa di NTT yang melaporkan kasus bunuh diri, dengan Kabupaten Flores Timur memiliki jumlah tertinggi, yaitu 21 desa.

Fenomena ini terus berlanjut hingga tahun 2024. Nusa Tenggara Timur sebanyak 226 kasus bunuh diri, memasuki awal tahun 2025, kasus yang sama masih terjadi di NTT. Pada Januari 2025, seorang mahasiswa berusia 20 tahun ditemukan meninggal akibat gantung diri di Kota Kupang.

Masalah mental bukan perkara yang mudah keterkaitan orangtua sangat penting dalam keluarga ketika bagaimana cara dia mendidik generasi dan menjauhi, serta mengetahui cara menempatkan diri saat menghadapi Masalah keluarga baik internal maupun eksternal.

Faktor kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan dan hal berbau kekerasan lainnya, sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang mental atau psikologis sang anak di kemudian hari.

Dalam hal inilah peran pendidikan pun sangat penting, Bagaimana ketika seseorang dipersiapkan untuk menghadapi tantangan dunia persaingan dan mentalitas yang mumpuni dalam segala hal, termasuk dalam kesiapannya untuk berkeluarga.

Kesimpulannya ini menjadi tantangan kita semua generasi muda, agar mengetahui dan bisa meminimalisir akibat dan dampak yang terjadi ketika berkaitan dengan trauma atau mental seseorang.

Reporter : Desideratio


Advertisement

Pos terkait