#EDITORIAL
Go Indonesia.id – Di tengah janji kesejahteraan dan semangat reformasi, Indonesia masih berhadapan dengan tantangan besar: korupsi yang mengakar, mafia hukum yang tak tersentuh, dan kepercayaan publik yang terus menurun.
Tagar #IndonesiaGelap menggema sebagai refleksi kekecewaan rakyat terhadap sistem yang semakin jauh dari nilai-nilai keadilan dan demokrasi.(25/2/25).
Korupsi yang Tak Kunjung Reda
Sepanjang 2024, sederet kasus korupsi besar kembali mencoreng wajah hukum Indonesia.
Salah satu yang paling menyita perhatian adalah skandal tata niaga timah, yang diperkirakan merugikan negara hingga Rp 300 triliun.
Kasus ini menyeret 22 tersangka, termasuk pengusaha Harvey Moeis, yang divonis hanya 6,5 tahun penjara—hukuman yang dianggap terlalu ringan dibandingkan besarnya kerugian negara.
Tak hanya itu, dugaan suap dalam proyek infrastruktur, korupsi dana CSR Bank Indonesia, serta keterlibatan mantan pegawai Mahkamah Agung, Zarof Ricar, dalam jaringan mafia hukum semakin menegaskan bahwa keadilan sering kali tunduk pada kekuasaan dan uang.
Nepotisme dan Dinasti Politik Kian Menguat
Pascapemilu 2024, fenomena dinasti politik semakin mengakar.
Banyak jabatan strategis kini dikuasai oleh keluarga pejabat, memunculkan kekhawatiran bahwa demokrasi hanya menjadi formalitas, sementara kekuasaan tetap berada di lingkaran elite yang sama.
Reformasi politik yang diharapkan membawa perubahan justru terkesan hanya memperkokoh status quo.
Harapan yang Tak Boleh Padam
Meski kondisi ini terasa berat, perjuangan melawan korupsi belum berakhir.
KPK dan Kejaksaan Agung masih aktif mengungkap berbagai kasus besar.
Namun, upaya ini harus diperkuat dengan reformasi hukum yang lebih tegas, termasuk pengesahan RUU Perampasan Aset, agar koruptor tidak hanya dihukum ringan tetapi juga diwajibkan mengembalikan uang yang telah mereka rampas dari negara.
Jika tidak ada langkah nyata dalam pemberantasan korupsi, nilai-nilai Pancasila akan semakin tergerus oleh kepentingan segelintir elite.
Rakyat harus tetap bersuara, menuntut transparansi, dan memastikan Indonesia tidak terus terjebak dalam siklus kegelapan korupsi.
“Semoga Indonesia segera bangkit dan kembali bersinar, sebagaimana mentari pagi yang tak pernah lelah menyinari negeri ini.”
Oleh : Syafri Antoni
Redaksi