MAUMERE,SIKKA | Go Indonesia.id_ Yayasan FREN, dengan dukungan ChildFund International, mengadakan Pelatihan Pengembangan Rencana Pembelajaran Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana bagi tenaga pendidik. Kegiatan ini berlangsung di SDI Wairotang, Kecamatan Kewapante, pada Jumat (31/01/2025) dan diikuti oleh 22 peserta, yang terdiri dari pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru.
Pelatihan ini bertujuan untuk membekali peserta dengan Model Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Sekolah atau School-Based Disaster Risk Reduction (SBDRR). Program ini dirancang untuk meningkatkan kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi bencana dan memastikan keselamatan siswa di lingkungan pendidikan.
Landasan Program SPAB
Maria M. Pelapadi, Project Coordinator Yayasan FREN, menjelaskan bahwa program ini merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 33 Tahun 2019 tentang Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Regulasi ini mencakup tiga aspek utama:
1. Prabencana – Integrasi mitigasi bencana dalam kebijakan dan kurikulum sekolah.
2. Situasi Darurat Bencana – Penyelenggaraan layanan pendidikan di tengah bencana.
3. Pascabencana – Pemulihan layanan pendidikan pasca-kejadian bencana.
“Pada tahap prabencana, sekolah perlu memasukkan Program SPAB dalam rencana kegiatan dan anggaran sekolah, serta mengintegrasikan materi kesiapsiagaan bencana ke dalam pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler,” ujar Maria.
Pelaksanaan SPAB di Kecamatan Kewapante
Pada tahun fiskal 2024/2025, Yayasan FREN dan ChildFund International menginisiasi piloting SPAB di lima sekolah dasar di Kecamatan Kewapante:
SDI Wairotang
SDK Geliting
SDK Kewapante
SDI Watuwekak
SDN Moro
Program ini bekerja sama dengan BPBD, Dinas PKO, dan Forum PPRB Kabupaten Sikka. Sejumlah kegiatan peningkatan kapasitas telah dan akan terus dilakukan agar pendidik, tenaga kependidikan, komite sekolah, serta peserta didik memiliki pemahaman yang lebih baik tentang mitigasi bencana di sekolah.
“Melalui pelatihan ini, kami ingin memastikan bahwa guru mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang mengintegrasikan pengurangan risiko bencana,” tegas Maria.
Dukungan Pemerintah Daerah
Sekretaris BPBD Kabupaten Sikka, Muhamad N. Karim, menekankan pentingnya kolaborasi antara sekolah dengan pemerintah, lembaga kebencanaan, LSM, dan masyarakat. Dengan sinergi yang baik, program ini dapat berjalan berkelanjutan dan menjadi bagian dari budaya kesiapsiagaan di lingkungan pendidikan.
Sementara itu, Kabid SD Dinas PKO Kabupaten Sikka, Martinus Mustari Ipir, dalam sambutannya mengharapkan bahwa pelatihan ini dapat meningkatkan kompetensi guru dalam mengajarkan mitigasi bencana kepada siswa melalui berbagai kegiatan pembelajaran.
Harapan ke Depan
Ketua Yayasan FREN, Bona Kowan Kornelis, berharap bahwa sekolah dapat mengadopsi pengurangan risiko bencana (PRB) dalam kebijakan, kurikulum, dan langkah-langkah nyata. Dengan begitu, diharapkan tercipta lingkungan belajar yang lebih aman, tangguh, dan berkelanjutan bagi seluruh peserta didik serta tenaga pendidik.
Reporter: Yuven Fernandez