BANYUWANGI | Go Indonesia.id – Di tengah perdebatan yang semakin hangat mengenai kemungkinan penghapusan sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), Pelaksana Tugas Bupati Banyuwangi, Bapak Sugirah, menegaskan kembali peran penting afirmasi ekonomi bagi siswa kurang mampu dalam sistem pendidikan.
Dalam sambutannya pada Lokakarya 7 Pelatihan Guru Penggerak Angkatan 10 di SMPN 1 Purwoharjo, Bapak Sugirah, seorang veteran di dunia pendidikan, mengenang kembali kunjungan monitoring oleh staf Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang dipimpin oleh Bapak Muhadjir Effendy, ke Banyuwangi. Beliau menekankan pentingnya mengakomodasi siswa kurang mampu dan mereka yang berdomisili di sekitar sekolah negeri dalam sistem PPDB.
“Adanya keluhan dari anak-anak kurang mampu yang tidak bisa masuk sekolah, ditambah dengan kenyataan bahwa anak-anak yang tinggal berdekatan dengan sekolah negeri pun ditolak, menjadi bukti nyata perlunya kebijakan PPDB yang inklusif,” tegas Bapak Sugirah.
Beliau juga menekankan pentingnya mengakui prestasi non-akademik, yang seringkali terabaikan. “Bagi saya, tidak masalah apakah kita mengembalikan Ujian Nasional atau menerapkan kebijakan lain. Yang terpenting adalah PPDB harus inklusif, tidak hanya untuk anak-anak berprestasi akademik, tetapi juga untuk mereka yang memiliki bakat non-akademik, yang kekurangan gizi, dan yang tinggal di sekitar sekolah negeri,” tegasnya.
Bapak Sugirah menjelaskan bahwa tujuan utama sekolah negeri adalah untuk meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) warga setempat, memberikan mereka kesempatan belajar, bukan memprioritaskan anak-anak dari daerah lain yang sudah memiliki akses pendidikan yang sama.
“Jika terjadi perubahan kebijakan, afirmasi bagi mereka, berapapun persentasenya, harus tetap dipertahankan. Mengapa? Buktinya menunjukkan bahwa mereka, terkadang, lebih berdaya di kehidupan nyata, asalkan diberikan kesempatan belajar,” tambah Bapak Sugirah.
Beliau memberikan contoh alumni dari Program PBC/Banyuwangi Cerdas, program beasiswa bagi siswa kurang mampu, yang telah berhasil meraih pendidikan tinggi dan berkontribusi di berbagai bidang. “Kebetulan, saya bertemu dengan seorang alumni PBC yang mendapatkan kesempatan kuliah. Setelah lulus, dia menikah dengan alumni PBC lainnya. Mereka berdua mengikuti tes ASN di Banyuwangi, dan istrinya menjadi dosen di universitas negeri di Yogyakarta, juga berkat beasiswa. Saat ini, alumni PBC tersebar di seluruh penjuru negeri,” ungkapnya.
Refleksi Bapak Sugirah menjadi pengingat penting bagi semua pemangku kepentingan, terutama para pembuat kebijakan, untuk selalu mempertimbangkan inklusivitas dan keadilan dalam sistem pendidikan. Meskipun jalur afirmasi ekonomi dan zonasi masih menjadi perdebatan, keduanya memainkan peran penting dalam menciptakan akses pendidikan yang setara bagi semua anak, tanpa memandang latar belakang ekonomi atau tempat tinggal.
Reporter : (indah razak)