Napak Tilas Ordo Dominikan di Kampung Doreng

Napak Tilas Ordo Dominikan di Kampung Doreng

SIKKA | Go Indonesia.id-Napak tilas perjalanan pewartaan oleh para misionaris Ordo Dominikan di Doreng, Desa Nenbura, menjadi salah satu kisah menarik dalam sejarah penyebaran agama Katolik di Pulau Flores.

Kisah ini kami dapatkan dari narasumber, Bapak Yance Moa, yang menceritakannya pada Sabtu, 15 September 2023, di Pantai Pasir Putih, Nenbura.

Bacaan Lainnya

Advertisement

Menurut penuturan Bapak Yance, pada tahun 1566, Ordo Dominikan mengutus dua misionaris dalam misi pewartaan Injil ke wilayah Solor dan Flores bagian Barat. Pimpinan Ordo Dominikan pada waktu itu, Pater Antonio da Cruz, mengutus dua misionaris, yakni Pater Joao Bautista da Fortalezza dan Pater Simao da Madre de Deos, untuk melanjutkan misi mereka.

Dengan menaiki kapal, kedua misionaris ini menyusuri Pantai Selatan Flores dan pertama kali menyinggahi Pantai Doreng, tepatnya di Desa Nenbura, Kecamatan Doreng, Kabupaten Sikka.

Mereka tiba dengan membawa sebuah salib besar yang kemudian digantungkan pada sebuah pohon kenari, yang menjadi simbol kehadiran mereka di wilayah tersebut.

1 2009

Kedua misionaris menetap di Kampung Doreng selama beberapa tahun untuk melaksanakan pewartaan Injil dan mengajarkan penduduk setempat cara berdoa.

Selain kegiatan rohani, mereka juga melakukan kegiatan fisik seperti mengajak masyarakat untuk menggali sebuah sumur yang kemudian diberi dinding batu.

Hingga saat ini, sumur yang dikenal sebagai Sumur Portugis tersebut masih dilestarikan oleh masyarakat setempat dengan cara menimbunnya kembali untuk menjaga keberadaannya.

Tak jauh dari sumur ini, juga terdapat sebuah makam Portugis yang diyakini sebagai salah satu peninggalan berharga dari masa misionaris Dominikan di kampung tersebut.

Setelah beberapa tahun di Doreng, kedua misionaris ini melanjutkan perjalanan mereka ke arah barat. Mereka membawa salib besar yang menjadi penanda perjalanan mereka, hingga tiba di Pantai Ipir, Kecamatan Bola, Kabupaten Sikka.

Di sana, ketika air laut surut, mereka menancapkan salib di sebuah tempat yang kini dikenal sebagai Watu Cruz.

Di Ipir, kedua misionaris bertemu dengan masyarakat setempat, termasuk seorang tokoh lokal bernama Moan Baluk. Mereka menetap di sana untuk melanjutkan misi pewartaan Injil dan bersama-sama menggali sebuah sumur yang kemudian dikenal sebagai Wair Baluk.

Setelah beberapa waktu, kedua misionaris berhasil membaptis seluruh penduduk setempat dan mendirikan sebuah rumah ibadat (kapela) untuk komunitas Katolik di Ipir.

Setelah menyelesaikan tugas mereka di Ipir, kedua misionaris melanjutkan perjalanan ke wilayah Sikka dan Paga, melanjutkan misi pewartaan mereka di wilayah-wilayah lainnya di Pulau Flores.

Napak tilas perjalanan Ordo Dominikan ini tidak hanya meninggalkan jejak rohani yang kuat, tetapi juga warisan budaya dan sejarah yang masih dijaga oleh masyarakat hingga saat ini.

Reporter : Hubertus


Advertisement

Pos terkait