Ds MAPUR,BINTAN | Go Indonesia.id – Kunjungan ini dihadiri langsung oleh Ketua BUMDes Lingai, Surhidayat, beserta dua anggota, serta didampingi oleh Kepala Desa Lingai, Iskandar.
Menurut Kades Lingai, kunjungan ini dilakukan untuk mempelajari keberhasilan Desa Mapur dalam mengembangkan program ketahanan pangan, khususnya di bidang peternakan ayam petelur.
Program tersebut dinilai sejalan dengan rencana Desa Lingai dalam mengembangkan peternakan ayam petelur pada tahun 2025.
“Kami melihat Desa Mapur telah berhasil menjalankan program ini, dan kami ingin menerapkan konsep serupa di Desa Lingai.
Mengingat minimnya lahan pertanian di desa kami serta seringnya terjadi kekurangan stok telur di Kabupaten Kepulauan Anambas, program ini menjadi solusi strategis.
Harapannya, Desa Lingai bisa menjadi pemasok utama telur di wilayah kami dan bahkan menjadi contoh bagi desa-desa lain di Kepulauan Riau maupun secara nasional,” jelas Iskandar.
Koordinasi dan Regulasi
Kunjungan ini merupakan hasil dari koordinasi antara Pemerintah Desa Lingai dengan DPMD Kabupaten Kepulauan Anambas, yang kemudian dilanjutkan dengan koordinasi lintas daerah ke DPMD Kabupaten Bintan.
Program ini juga merujuk pada Permendesa Nomor 2 Tahun 2024 tentang penggunaan dana desa tahun anggaran 2025 serta Kepmen Nomor 3 Tahun 2025 yang mengatur alokasi 20% dari dana desa untuk ketahanan pangan.
“Program ini juga sejalan dengan visi dan misi Presiden RI, Prabowo Subianto, dalam menyukseskan program makan bergizi gratis.
Oleh karena itu, peternakan ayam petelur di Desa Lingai diharapkan dapat mendukung ketahanan pangan lokal serta berkontribusi pada program nasional,” terang
Sudarmawanto, Sekretaris Desa Lingai, saat ditemui di Tanjungpinang setelah dua hari melakukan studi tiru di Desa Mapur.
Keseriusan Desa Lingai dalam Program Peternakan Ayam Petelur
Setelah melihat langsung praktik peternakan ayam petelur di Desa Mapur, Ketua BUMDes Lingai menyatakan kesiapannya untuk menjalankan program serupa di Desa Lingai.
Menurutnya, model usaha yang diterapkan di Desa Mapur dapat diadaptasi dengan baik di desanya.
“Dari hasil kunjungan ini, kami semakin yakin bahwa program peternakan ayam petelur adalah pilihan terbaik bagi Desa Lingai.
Kami telah menyiapkan anggaran awal sebesar Rp160.000.000, yang mencakup biaya penyewaan lahan serta pelatihan bagi pengelola.
Harapannya, program ini tidak hanya memenuhi kebutuhan telur di wilayah kami, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” jelasnya.
Kunjungan studi tiru ini diharapkan menjadi langkah awal bagi Desa Lingai dalam memperkuat ketahanan pangan dan kemandirian ekonomi desa.
Dengan keberhasilan yang telah ditunjukkan oleh Desa Mapur, Desa Lingai optimis dapat mengembangkan program ini secara berkelanjutan.
Reporter: Edy