Siswa SMAN 1 Midai Gagal Ikut SNBP Akibat Kelalaian Sekolah

IMG 20250618 WA0010

MIDAI, NATUNA | Go Indonesia.id – Sejumlah orang tua murid SMAN 1 Midai meluapkan kekecewaan mereka terhadap pihak sekolah yang dinilai lalai dalam menyosialisasikan program Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) tahun 2025.

Akibatnya, sejumlah siswa gagal mengikuti proses seleksi masuk perguruan tinggi negeri tersebut. rabu (18/6/25).

Bacaan Lainnya

Advertisement

“Beberapa waktu lalu pihak sekolah memang sempat memanggil kami, tapi hanya menjelaskan bahwa program SNBP tidak bisa dijalankan karena kendala sinyal dan hal teknis lainnya.

Menurut kami, itu bukan alasan yang bisa dibenarkan,” ujar salah satu wali murid dengan nada kecewa.

Keluhan serupa datang dari banyak orang tua lainnya. Mereka menyebutkan bahwa informasi soal SNBP hanya disampaikan secara sepintas, tanpa ada penjelasan menyeluruh atau mekanisme komunikasi yang jelas.

Akibat minimnya informasi, para siswa kehilangan kesempatan emas untuk mengikuti seleksi prestasi nasional tersebut.

Kepala Sekolah Akui Keterlambatan

Kepala SMAN 1 Midai, Musmulyadi, saat dikonfirmasi mengakui adanya kekurangan dalam proses penyampaian informasi. Namun, ia juga menyebut kurangnya respons dari siswa turut menjadi penyebab.

“Memang ini kesalahan dari pihak sekolah, tapi tidak sepenuhnya. Anak-anak sendiri kadang ragu—hari ini semangat, besok tidak mau. Dari keraguan itu, kami jadi terlambat mengakses program SNBP,” ujar Musmulyadi.

Meski demikian, ia mengklaim bahwa pihak sekolah telah mengarahkan siswa ke jalur pendidikan lain. “Sekitar 20 siswa Midai kami bantu mendapatkan beasiswa ke beberapa fakultas, termasuk di Universitas Islam Riau (UIR),” katanya.

Tokoh Masyarakat: “Ini Soal Kemauan!”

Sementara itu, kritik tajam datang dari tokoh masyarakat Midai. Ia menilai alasan sekolah terkait kendala teknis dan sinyal tidak dapat diterima.

“MAS Midai saja bisa, siswanya ikut SNBP dan ada yang lulus. Padahal kondisi geografis dan sinyal sama. Ini soal kemauan dan keseriusan. Masa pendaftaran juga cukup panjang, hampir satu setengah bulan,” tegasnya.

Menurutnya, mengarahkan siswa ke program lain bukanlah solusi jika akses terhadap jalur utama seperti SNBP tidak diberikan secara adil.

Sekolah Harus Jadi Garda Depan, Bukan Penghambat

Peristiwa ini mencerminkan lemahnya peran sekolah sebagai jembatan informasi dalam sistem pendidikan di daerah terpencil.

Meski orang tua juga punya peran dalam mencari informasi, dalam kondisi geografis seperti di Midai, tanggung jawab terbesar tetap berada di pundak pihak sekolah.

Sampai berita ini diturunkan, redaksi masih berupaya menghubungi Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau untuk mendapatkan tanggapan resmi terkait kejadian ini.

Reporter : Baharullazi


Advertisement

Pos terkait