NATUNA | Go Indonesia.id_ Aroma arogansi mulai tercium dari kantor Bupati Natuna. Cen Sui Lan, yang baru dilantik sebagai Bupati Natuna periode 2025–2030, kini jadi sorotan publik dan kalangan media lokal. Pasalnya, sejumlah tindakan dan sikapnya dinilai mencerminkan gaya kepemimpinan yang tertutup dan jauh dari semangat reformasi birokrasi.
Salah satu pemicu kekecewaan datang dari komunitas wartawan Natuna. Mereka mengeluhkan sikap Bupati Cen yang terkesan menghindari awak media lokal, bahkan disebut “alergi” terhadap wawancara dan publikasi dari jurnalis daerah. “Kami hanya ingin menyampaikan aspirasi masyarakat. Tapi Bupati malah menutup pintu komunikasi,” ungkap salah satu wartawan senior Natuna yang enggan disebutkan namanya.
Tak hanya soal komunikasi, Bupati Cen juga dituding mengingkari janji kampanye. Saat pemilu, ia menyatakan akan menyerahkan pembangunan infrastruktur kepada pemerintah pusat dan memfokuskan APBD untuk program
ekonomi kerakyatan. Namun, kenyataannya, Dinas Perkim Natuna justru melelang proyek infrastruktur senilai Rp 2,6 miliar tak lama setelah ia dilantik.
“Ini seperti amnesia politik. Baru beberapa bulan menjabat, sudah lupa janji sendiri,” kritik tokoh masyarakat Kecamatan Bunguran Timur.
Upaya konfirmasi kepada Bupati Natuna pun tak membuahkan hasil. Meski pesan sudah terbaca, tak ada respons dari yang bersangkutan.
Pengamat politik lokal menilai sikap-sikap ini adalah contoh klasik arogansi kekuasaan — di mana seorang pemimpin lupa bahwa jabatan adalah amanah, bukan alat untuk menutup diri dari kritik dan koreksi.
“Pemimpin yang anti-kritik dan enggan transparan hanya akan mempercepat turunnya kepercayaan publik,” tegas Irwan S., analis kebijakan publik di Tanjungpinang.
Hingga berita ini ditulis, belum ada klarifikasi resmi dari pihak Bupati maupun Humas Pemkab Natuna. Masyarakat pun kini menanti: apakah Cen Sui Lan akan membuka diri, atau terus larut dalam bayang-bayang kekuasaan yang dijalankan tanpa suara rakyat?
Reporter : Baharullazi