Menyambut Paus Fransiskus Di Jakarta: Mengenang Kunjungan Apostolik Paus Johanes Paulus II Ke Maumere-Sikka

Menyambut Paus Fransiskus Di Jakarta: Mengenang Kunjungan Apostolik Paus Johanes Paulus II Ke Maumere-Sikka
Paus Fransiskus di Jakarta 2024 (Foto)

Oleh: J. Selsius

Go Indonesia.id_Kunjungan apostolik paus, pemimpin tertinggi gereja katolik sedunia selalu menjadi perhatian dunia. Kunjungan apostolik ini selalu meninggalkan kesan dan pengalaman spiritual yang dalam bagi umat katolik di wilayah yang dikunjungi. Hal serupa dirasakan juga oleh umat katolik Maumere- Sikka, Flores, NTT.

Bacaan Lainnya

Advertisement

Kota Maumere, ibukota Kabupatn Sikka, NTT 35 tahun silam menjadi saksi sejarah iman ribuan umat katolik dan non katolik dari penjuru Nusantara ketika menyambut kedatangan Pemimpin Gereja Katolik Dunia Paus Johanes Paulus II pada tanggal 11 s/d 14 Oktober 1989.

Kota kecil di Pulau Flores dengan kekhasan mayoritas umat katolik ini sejenak menjadi Vatican sementara karena kunjungan apostolik Tahta Suci Gereja Katolik Dunia, Paus Johanes Paulus II. Tanggal 11 Oktober 1989 Paus Johanes Paulus II turun pesawat di Bandara Frans Seda Maumere, yang kala itu masih bernama Waioti, disambut oleh tokoh pemerintah setempat dan para uskup. Dari Bandara Waioti Paus Johanes Paulus II diarak menuju Gelora Samador da Cunha di jantung Kota Maumere yang sudah menanti ribuan umat katolik untuk merayakan ekaristi kudus. Hening, tenang, sakral, meriah, dan penuh kegembiraan. Itulah suasana batin umat saat perayaan ekaristi kudus yang dipimpin oleh Paus Johanes Paulus II yang dihadiri oleh ribuan umat katolik di Gelora Samador da Cunha Maumere.

Paus Johanes Paulus II saat Kunjungan ke Maumere 1989,ket Foto

Di tengah perayaan ekaristi agung Paus Johanes Paulus II memberikan beberapa berkat khusus di Gelora Samador, antara lain, pertama; memberkati Patung Kristus Raja, patung Jesus dalam ungkapan keagungan secara puitis Bahasa Sikka adalah “Ratu Kristus Ratu Sareng Ratu Nete Niang Tana Pripong Riwung Niang Sikka Abong Mo’ang Tana Alok”.

Patung ini tetap berdiri kokoh di taman doa Kristus Raja Maumere sampai sekarang. Dalam catatan sejarah patung ini pertama kali dirintis tahun 1926 oleh Raja Don Thomas, Raja Sikka ke-15 yang didukung oleh para misionaris.

Pada tahun 1945 saat Perang Dunia II pecah Patung ini hancur oleh serangan bom sekutu yang dipimpin Amerika Serikat ketika menyerang kekuatan Jepang di Maumere. Kedua; paus juga memberkati Patung Santa Maria Fatima Wisung Fatima Lela. Patung ini didatangkan dari Portugal dan ditahtakan di Sanctuarium Wisung Fatima Lela sejak tahun

1960, sebuah tempat ziarah tertua di Flores sejak 1947. Saat kunjungan apostolik paus patung ini ditahtakan di Gelora Samador. Ketiga; Paus kemudian melakukan pertemuan grejawi dengan para uskup Indonesia sebagai ikatan hirarki gereja sejagat.

Sang gembala gereja sejagat ini akhirnya harus bermalam di Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret, sebuah peristiwa langka yang tidak disangka-sangka sekaligus sebagai kado iman istimewa perjalanan apostolik paus bagi umat Katolik Flores, khususnya Maumere, Kabupaten Sikka. Satu malam paus di Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret ini menjadikan seminari interdiosesan ini dijuluki “Vatican Semalam”.

Kini kamar peristirahatan Paus Johanes Paulus II dijaga khusus oleh komunitas Seminari Tinggi St. Petrus dan menjadi situs rohani yang selalu dikunjungi para peziarah.

Ingatan kolektif iman akan kunjungan apostolik Paus Johanes Paulus II tahun 1989, 35 tahun silam umat katolik Flores, NTT kini dihidupkan kembali oleh Paus Fransiskus dalam lawatannya ke Indonesia tanggal 3 s/d 6 September 2024 di Jakarta.

Maumere kota Nyiur Melambai, Ibukota Kabupaten Sikka memang tidak lagi menjadi tujuan kunjungan apostolik Paus Fransiskus, namun roh kehadiran Sang Gembala Agung gereja universal ini tetap terasa di Maumere karena ikatan jejak langkah kunjungan apostolik ini memiliki misi kemanusiaan yang sama.

Utusan umat katolik Kabupaten Sikka dan Flores untuk meyambut Bapak Suci Paus Fransiskus di Jakarta adalah simbol ikatan kunjungan apostolik tahta suci 35 tahun silam dan 2024.

Dari aspek sejarah, hubungam diplomatik Indonesia Vatican resmi dimulai 16 Maret 1950. Vatican mengakui kemerdekaan Indonesia pada tanggal 6 Juli 1947, kurang dari dua tahun setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, 17 Agustus 1945.

Sepanjang sejarah hubungan diplomatik kedua negara ini telah terjadi tiga kali kunjungan paus ke Indonesia. Pemimpin tertinggi Katolik Roma yang pertama mengunjugi Indonesia adalah Paus Santo Paulus VI pada 3 Desember 1970, 54 tahun silam. Selanjutnya Paus Santo Yohanes Paulus II pada 9-14 Oktober 1989, 35 tahun silam.

Dan sekarang 2024 oleh Paus Fransiskus.
Di zaman media baru ini dengan teknologi informasi dan komunikasi yang serba canggih kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia akan segera tersebar ke seluruh dunia.

Michael Trias Kunchyono, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Tahta Suci dalam artikel “Selamat Datang Paus Fransiskus” di Harian Kompas 2 September 2024 menulis, “Dengan demikian
Paus Fransiskus akan menjadi seperti Bintang Iklan yang mengiklankan

Indonesia ke segala penjuru dunia”. Ini berarti kedatangan Paus Fransiskus di Indonesia menjadi warta sukacita bagi dunia karena misi damai dan toleransi yang diembannya.

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia tidak hanya penting bagi umat katolik tapi juga bagi seluruh umat beragama dan seluruh masyarakat Indonesia.

Kunjungan ini juga diharapkan dapat memperkuat pesan toleransi, persatuan dan perdamaian dunia. Hal ini karena paus dipandang sebagai salah seorang tokoh yang paling berpengaruh di dunia karena pengaruh diplomasi, budaya, dan spirtualnya yang luas. Selama 2000 tahun terakhir paus menjadi pemain utama dalam urusan global.

Dia sering diminta untuk bertindak sebagai perantara perdamaian, mediator dan pemberi pengaruh dengan diplomasinya yang khas.

Dari gambaran sejarah dan misi kunjungan apostolik tahta suci yang pernah dialami dan dirasakan oleh umat katolik Flores saat perjalanan apostolik Paus Johanes Paulus II ke Maumere, Sikka maka kerinduan akan kahadiran Paus Fransiskus di Jakarta sungguh menghidupkan kenangan 35 tahun silam.

Secara internasional Flores dikenal dengan basis gereja lokal yang menghasilkan imam terbanyak di dunia, baik sebagai imam diosesan maupun para misionaris yang dikirim ke seluruh dunia.

Hal ini karena kehadiran dua seminari tinggi ternama Flores yang berlokasi di Maumere-Sikka, yaitu Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero milik Konggregasi/ Serikat Sabda Allah yang mengelola Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) yang menjadi tempat pendidikan calon imam, dan Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret.

Popularitas Flores melangit di panggung gereja katolik dunia karena kekatolikan di wilayah ini yang ditanamkan oleh para misionaris Eropa sejak abad ke-15, dengan kekhasan budaya toleransi yang tinggi.

Dan hal ini akan diperkuat oleh misi perdamaian, toleransi, dan persatuan yang dibawa oleh Paus Fransiskus dan Mendiang Paus Yohanes Paulus II dalam perjalanan apostolik mereka ke Indonesia dan Flores secara khusus, sekarang dan 35 tahun silam.

Penulis adalah Kontributor
Go Indonesia Kabupaten Sikka


Advertisement

Pos terkait