Tanjab Barat Targetkan Hilirisasi Kelapa Terealisasi 2026, Harapan Baru bagi Ekonomi Petani

1a 886

TANJAB BARAT | Go Indonesia.Id – Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjab Barat), Provinsi Jambi, menaruh harapan besar terhadap rencana pembangunan industri hilirisasi kelapa yang ditargetkan terealisasi pada tahun 2026. Program strategis ini diyakini mampu menjadi motor penggerak ekonomi baru bagi puluhan ribu petani kelapa di daerah tersebut.

Wakil Bupati Tanjab Barat, Katamso, menyampaikan bahwa pihaknya telah menerima sinyal positif dari pemerintah pusat. Dalam pertemuan bersama Bappenas dan Kementerian Pertanian RI, Tanjab Barat resmi masuk dalam program nasional pengembangan hilirisasi kelapa.

Bacaan Lainnya

Advertisement

Advertisement

“Kami sudah lama bermimpi memiliki industri pengolahan produk turunan kelapa di sini. Mudah-mudahan segera terwujud agar ekonomi petani bisa meningkat,” ujar Katamso.

Badan Pusat Statistik (BPS) 2024 mencatat Provinsi Jambi merupakan produsen kelapa terbesar keempat di Indonesia, dengan luas tanaman kelapa dalam mencapai 118.779 hektare dan produksi 105.255 ton per tahun.

Dari angka tersebut, sekitar 50 persen perkebunan kelapa dalam berada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, mencakup hampir 59 ribu hektare. Produksinya juga menyumbang sekitar separuh dari total produksi kelapa dalam Provinsi Jambi.

Namun, besarnya kontribusi tersebut belum berdampak signifikan terhadap kesejahteraan petani. Harga kelapa kerap anjlok, tidak memiliki standar harga dasar seperti komoditas sawit, dan banyak bergantung pada pedagang pengumpul yang memasok hasil panen ke wilayah Riau.

Untuk menjawab persoalan stabilitas harga, Pemkab Tanjab Barat tengah membentuk tim ekonomi yang akan merekomendasikan penetapan harga dasar kelapa oleh pemerintah. Tujuannya agar petani tidak lagi menjadi pihak yang dirugikan dalam rantai distribusi.

Selama ini, petani kelapa di Tanjab Barat belum menikmati nilai tambah komoditas akibat minimnya industri hilir dan lemahnya infrastruktur pendukung.

Salah satu persoalan utama yang disoroti adalah kondisi tanggul perkebunan kelapa. Dari total 784 kilometer tanggul di Tanjab Barat, hanya sekitar 20 persen yang telah diperbaiki.

Padahal, tanggul berfungsi vital untuk menjaga kebun kelapa dari banjir dan intrusi air. Minimnya kemampuan APBD membuat Pemkab meminta perhatian khusus dari pemerintah pusat untuk perbaikan infrastruktur ini.

Tanjab Barat memiliki posisi strategis sebagai lintasan ekonomi jalur laut antarprovinsi. Setiap hari, sekitar 320 orang melintasi wilayah ini untuk aktivitas perdagangan, termasuk distribusi komoditas dari Riau, Palembang, hingga Lampung.

Dengan potensi tersebut, hilirisasi kelapa dinilai tidak hanya akan mengangkat ekonomi petani, tetapi juga memperkuat daya saing ekonomi regional.

Keberhasilan pembangunan pabrik hilirisasi kelapa pada 2026 sangat tergantung pada sinergi banyak pihak, mulai dari pemerintah pusat, daerah, hingga investor. Dukungan perbaikan infrastruktur dan kepastian investasi menjadi faktor penentu.

Jika terealisasi, program ini digadang-gadang menjadi tonggak penting peningkatan kesejahteraan petani kelapa sekaligus membuka peluang industri baru berbasis produk turunan kelapa di Tanjung Jabung Barat.

Iskandar
Korwil Sumatra


Advertisement

Pos terkait