NATUNA | Go Indonesia.id_ Sebuah adegan singkat di Hall Kantor Bupati Natuna, Selasa pagi, menyisakan cerita panjang yang berpotensi memengaruhi relasi pemerintah daerah dengan pers.
Saat menuruni tangga menuju mobil dinas, Bupati Cen Sui Lan melontarkan kalimat sinis:
> βPak Kadis ada utang iya, ada temuan BPK iya, udah bayar utang.β
Ucapan itu bukan ditujukan kepada Kepala Dinas, melainkan kepada Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan yang kala itu sedang berbincang dengan sejumlah wartawan. Alih-alih mencairkan suasana, pernyataan Cen justru memberi kesan menjauhkan diri, bahkan βalergiβ terhadap kehadiran jurnalis.
Dinilai Arogan
Ketua Persatuan Jurnalis Natuna (PJN), Roy, menilai sikap Bupati Cen mencerminkan arogansi kekuasaan.
βIni bukan sekadar persoalan pribadi, tapi menyangkut martabat pers sebagai pilar demokrasi,β tegasnya, Selasa siang.
Senada dengan itu, Ketua DPD IWO Indonesia Kabupaten Natuna juga menyayangkan ucapan tersebut.
βKalimat seperti itu tidak seharusnya keluar dari mulut seorang pemimpin tertinggi di kabupaten ini. Seharusnya bupati bisa memberi teladan, bukan sebaliknya,β ujarnya.
Spekulasi Politik
Publik mulai bertanya-tanya, mengapa Bupati Cen begitu defensif terhadap wartawan? Spekulasi berkembang, sikap dingin itu berkaitan dengan pemberitaan seputar proyek pembangunan yang disebut-sebut sudah berjalan meski proses lelang belum diumumkan resmi.
Jika benar demikian, maka sikap βalergiβ itu bukanlah spontanitas, melainkan strategi bertahan dari isu yang berpotensi merusak reputasi politiknya.
Pers sebagai King Maker
Pengamat politik lokal, Dr. Haryadi M, menegaskan bahwa dalam demokrasi lokal, pers adalah king maker.
βMusuh terbesar kepala daerah bukanlah lawan politik, melainkan hilangnya simpati publik. Dan simpati itu hari ini banyak dibentuk oleh media,β ujarnya.
Relasi yang retak dengan pers bisa memunculkan citra negatif: pemimpin anti-kritik, alergi transparansi, hingga otoriter. Label ini berbahaya, apalagi bagi pemimpin yang masih membutuhkan legitimasi publik.
Titik Balik atau Awal Konflik?
Insiden kecil di lobi kantor bupati ini bisa menjadi prolog drama politik yang lebih besar. Apakah akan berkembang menjadi konflik berkepanjangan atau justru menjadi titik balik menuju dialog sehat, hanya waktu yang bisa menjawab.
Satu hal pasti: pers bukanlah musuh. Kritik wartawan memang sering tajam, tetapi mereka juga mitra strategis pemerintah dalam menyampaikan program, membangun citra, dan meraih simpati rakyat.
Jika Bupati Cen Sui Lan gagal memahami hal ini, bukan hanya hubungan dengan media yang terancam, melainkan juga pondasi politiknya sendiri.
Reporter : Baharullazi