BANYUWANGI | Go Indonesia.id – Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan, “Pekerjaan Hijau” atau “Green Jobs” semakin mendapat sorotan. Sebagai tindak lanjut dari Forum Group Discussion (FGD) Ketenagakerjaan Pekerjaan Hijau (Green Jobs) di Surabaya, Tim Koordinasi Daerah Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi (TKDV) menjalankan misi penting: menyosialisasikan pengertian dan potensi “Green Jobs” kepada para pemangku kepentingan di Banyuwangi.(17/11/24)
“Sosialisasi sudah selesai, yang terpenting adalah implementasi,” tegas seorang narasumber dalam roadshow yang berlangsung minggu ini. Dengan semangat tersebut, tim TKDV menelusuri berbagai TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah 3R) di Banyuwangi, baik yang aktif, mati suri, maupun yang berpotensi menjadi TPS3R. Lokasi yang dikunjungi meliputi Desa Kedungrejo Muncar, Bandara Banyuwangi, Desa Tamansari Licin, dan Kelurahan Bakungan.
Tujuan dari roadshow ini adalah untuk mendalami potensi implementasi “Green Jobs” dalam pengelolaan sampah di Banyuwangi. Hasilnya? Potensi “Green Jobs” di Banyuwangi sangat besar. Jika dikelola dengan baik, “Green Jobs” dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah sampah di tingkat desa dan kelurahan.
“Permasalahannya, apakah kita akan bekerja dan dikerjakan sekedar rutinitas program menggugurkan kewajiban ataukah mengambil opsi di luar rutinitas dengan terobosan-terobosan akrobatik?” tanya seorang peserta roadshow. Pertanyaan ini mengungkap tantangan utama yang dihadapi dalam implementasi “Green Jobs” di Banyuwangi.
Di Kecamatan Licin, misalnya, terdapat tiga TPS3R aktif di Desa Tamansari, Kluncling, dan Segobang. Namun, di Desa Licin, Banjar, Jelun, dan Pakel, belum ada pergerakan TPS3R. Ini menunjukkan bahwa masih banyak potensi “Green Jobs” yang belum tergali.
Hasil monitoring di TPS3R Tamansari dan Kelurahan Bakungan menunjukkan bahwa pengelolaan sampah dapat menghasilkan produk bernilai ekonomis, seperti biji plastik, magot, dan pupuk cair dari air lindi. “Pupuk cair lindi ini tinggal menunggu hasil uji Pusat Penelitian dan lisensi pemasarannya secara luas,” jelas seorang pengelola TPS3R.
“Masalah sampah adalah rasa malas bergerak, malas berpikir, dan malas ribet para pemangkunya untuk menjadikan sampah sebagai pekerjaan hijau (Green Jobs) dan membentuk sebuah wadah Serikat Pekerja Pekerjaan Hijau (Green Jobs),” tegas seorang narasumber. “Yang ada adalah tingkat kesadaran rendah para ‘produsen’ sampah dengan membuang sampah sembarangan.”
Roadshow ini menjadi momentum penting untuk mendorong implementasi “Green Jobs” di Banyuwangi. “Mengelola sampah menjadi Green Jobs tidak cukup dengan mengamati dan memperhatikannya saja lalu merenda kata-kata ‘Kepada Yth.’,” ujar seorang peserta. “Yang dibutuhkan adalah kerja nyata, bergerak bermanfaat.”
Ke depan, diharapkan akan ada lebih banyak inisiatif dan kolaborasi untuk mewujudkan “Green Jobs” di Banyuwangi. Dengan begitu, masalah sampah dapat diatasi secara berkelanjutan, dan “Green Jobs” dapat menjadi solusi untuk menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Reporter : (Indah Razak/Dwi Yanto Asisten)