NATUNA | Go Indonesia.id— Kekecewaan mendalam dirasakan oleh seorang suplier sekaligus penyedia alat berat berinisial LT. Ia mengaku belum menerima pembayaran senilai Rp1,7 miliar dari PT Toleransi Aceh, selaku kontraktor pembangunan Kantor Bakamla di Tanjung, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna.
Sebagai bentuk protes, LT memarkirkan ekskavator miliknya tepat di depan gerbang kantor Bakamla pada Kamis (10/4/25).
Aksi ini dilakukan dua hari setelah alat berat tersebut sebelumnya ditarik keluar dari lokasi proyek.
Namun karena tak kunjung ada penyelesaian, LT kembali menurunkan beko birunya ke lokasi.
Dalam wawancara via sambungan telepon, LT mengungkapkan kekecewaannya. “Asal tahu saja, alat saya itu yang pertama kali kerja di bangunan Bakamla. Mulai dari pematangan lahan sampai menggali pondasi. Tapi sampai sekarang, uang sewa alat berat sepeser pun belum dibayar,” keluhnya.
Tak hanya itu, LT juga menyuplai berbagai material bangunan seperti batako dan bata ringan.
Menurutnya, proyek tersebut bisa berjalan karena pada awalnya mengandalkan dana dari para rekanan lokal.
“Kalau bukan beko biru itu, bangunan Bakamla ini nggak bakal jadi. Dari awal mereka kerja, uangnya harap dari kita.
Sampai bangunan selesai, tetap nggak dibayar juga. Alasannya selalu nunggu termin, padahal bohong terus,” tegasnya.
LT bahkan melontarkan pernyataan tajam. “Kalau tak kunjung diselesaikan, mungkin saja alat saya yang pertama membangun akan jadi alat yang terakhir meratakan bangunan itu,” ujarnya dengan nada geram.
Ia juga menyinggung soal hutang kepada rekan kerjanya, Agus, yang sudah dibayar. Agusdibayar, sementara tukang-tukang lain belum pada terima. Ini tidak adil.”
Hingga berita ini ditayangkan, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek belum dapat dikonfirmasi untuk dimintai keterangan.
Sementara itu, Direktur Cabang PT Toleransi Aceh juga belum memberikan pernyataan resmi terkait persoalan ini.
Reporter : Baharullazi