MAUMERE ,SIKKA | Go Indonesia. Id – Meningkatnya angka gangguan kesehatan jiwa di Kabupaten Sikka, Flores, NTT, yang berujung pada 9 kasus bunuh diri hingga September 2024, termasuk 3 di antaranya anak sekolah, mendorong Payung Perjuangan Humanis (PAPHA) untuk menyelenggarakan Workshop Penemuan Kasus/Screening.
Workshop yang berlangsung selama dua hari (27-28 September 2024) di Aula Hotel Pelita Maumere ini diikuti oleh Kader Keswa, Guru BK/BP, dan Tenaga Kesehatan Desa.
Tujuan utama workshop ini adalah untuk membekali para peserta dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mendeteksi dan menangani masalah kesehatan jiwa di masyarakat.
Menyoroti Krisis Kesehatan Jiwa di Sikka
Direktur PAPHA, Bernardus Lewonama Hayon, S.Fil, menekankan pentingnya peran pemerintah, khususnya Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial, dalam mengatasi krisis kesehatan jiwa di Sikka. Ia mendorong pemerintah untuk menjalankan program BERSAHAJA (Bersama Untuk Flores Yang Sehat Jiwa) yang diinisiasi oleh PAPHA, Yayasan JPM di Kupang, dan Yayasan Ayo Indonesia di Manggarai. Program ini mendapat dukungan dari CBM Disability Inclusion dan Australian Aid.
Hayon mengungkapkan bahwa proses penemuan kasus masih belum optimal. Data PAPHA menunjukkan bahwa pada tahun 2023, terdapat 1.179 Orang dengan Disabilitas Psikososial (ODDP) di Sikka, namun angka ini diperkirakan hanya sebagian kecil dari jumlah sebenarnya.
Ia menyebut fenomena ini sebagai “gunung es” karena banyak kasus yang belum terdeteksi. Hayon juga menekankan pentingnya penanganan preventif bagi individu yang belum menjadi ODDP tetapi mengalami masalah kejiwaan (ODMK) untuk mencegah mereka menjadi ODDP.
Memperluas Jaringan Dukungan Kesehatan Jiwa
Workshop ini bertujuan untuk memperluas jaringan dukungan kesehatan jiwa dengan melibatkan para pemangku kepentingan di tingkat lokal. Hayon menekankan pentingnya peran sekolah dan anak muda dalam upaya penanganan masalah kesehatan jiwa mengingat tingginya angka bunuh diri di kalangan remaja dan pemuda awal di Sikka. Ia juga menyebutkan lima Puskesmas di wilayah tersebut, yaitu Kopeta, Beru, Nelle, Waipare, dan Kewapante, sebagai area prioritas untuk meningkatkan cakupan penemuan kasus dan screening.
Hasil dan Dampak Workshop
Workshop yang difasilitasi oleh Dr. Agustinus Seda Sega, MM, SPKJ dari RSUD TC. Hillers Maumere, memberikan materi tentang pentingnya kesehatan jiwa, metode penemuan kasus/screening, role play/praktik pengisian tools, cara merujuk, dan rencana tindak lanjut. Tujuannya adalah agar para peserta memahami metode penemuan kasus, sistem rujukan kesehatan, dan mampu menggunakan tools penemuan kasus di sekolah dan komunitas masing-masing.
Workshop ini merupakan langkah penting dalam mengatasi krisis kesehatan jiwa di Sikka. Diharapkan, inisiatif ini dapat memberdayakan para pemangku kepentingan di tingkat lokal untuk berperan aktif dalam mendeteksi dan mendukung individu dengan masalah kesehatan jiwa. Fokus program pada anak muda dan sekolah menunjukkan urgensi penanganan masalah kesehatan jiwa di kalangan remaja dan pemuda awal. Keberhasilan program ini bergantung pada kolaborasi yang berkelanjutan antara PAPHA, pemerintah, dan masyarakat.
Meskipun workshop ini merupakan langkah penting, masih banyak yang perlu dilakukan untuk mengatasi krisis kesehatan jiwa di Sikka. Peningkatan kesadaran, akses terhadap layanan kesehatan jiwa, dan pengurangan stigma merupakan hal yang perlu terus digalakkan. Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk memahami penyebab utama meningkatnya krisis kesehatan jiwa di Sikka dan mengembangkan intervensi yang efektif.
Penulis : Yuven Fernandez Maumere